Perbaiki Hubungan dengan Allah

 

Perbaiki Hubungan dengan Allah

Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:

Siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, niscaya Allah akan memperbaiki hubungannya dengan manusia.” [Al-Fawaid, hal. 77]

Perkataan ini menunjukkan bahwa akar kebaikan dalam hubungan manusia adalah kebaikan hubungan dengan Allah. Jika seorang hamba bertakwa, ikhlas, dan taat, maka Allah akan menundukkan hati manusia untuk mencintai dan menghormatinya.

.

Dalil-dalil tentang Memperbaiki Hubungan dengan Allah

1.Al-Qur’an

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [QS. Muhammad: 7]

Ayat ini menegaskan bahwa siapa yang memperbaiki hubungan dengan Allah melalui ketaatan dan membela agama-Nya, maka Allah akan menolong dan memperbaiki urusannya.

Allah pun berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ

“Allah telah berjanji kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.” [QS. An-Nur: 55]

Janji Allah menunjukkan bahwa kebaikan hubungan dengan Allah membawa kebaikan urusan dunia termasuk dalam relasi sosial, kekuasaan, dan keberkahan hidup.

2.Hadits Nabi

Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ، فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ

Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril dan berfirman: ‘Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia.’ Maka Jibril mencintainya, lalu Jibril menyeru kepada penduduk langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.’ Maka penduduk langit pun mencintainya, lalu Allah menjadikan penerimaan baginya di bumi.” [📖 HR. Ahmad no. 23630, hasan]

Hadits ini menjelaskan bahwa hubungan baik dengan Allah akan mendatangkan cinta dan penerimaan dari manusia.

3.Atsar Salaf

Al-Fudhail bin Iyadh رحمه الله berkata:

مَنْ أَحْسَنَ فِي مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ أَحْسَنَ اللَّهُ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ

“Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan manusia.” [Hilyatul Auliya’, 8/95]

Ucapan ini sejalan dengan perkataan Ibnul Qayyim, menegaskan kaidah besar dalam kehidupan seorang mukmin.

.

Penjelasan

1.Sumber masalah manusia ada pada lemahnya hubungan dengan Allah

Banyak konflik, kebencian, dan kerusakan hubungan manusia disebabkan jauhnya dari ketaatan kepada Allah.

2.Jika hati dekat dengan Allah, hati manusia akan ditundukkan

Allah-lah yang membolak-balikkan hati manusia. Maka jika seorang hamba beriman dan taat, Allah akan menundukkan hati manusia agar mencintai dan menghormatinya.

3.Ridha Allah lebih utama dari ridha manusia

Jika Allah ridha, maka manusia pun akan ridha. Sebaliknya, jika Allah murka, tidak ada yang bisa mendatangkan kebaikan dari manusia.

.

Kesimpulan

Kunci perbaikan hubungan dengan sesama manusia adalah dengan memperbaiki hubungan dengan Allah.

 Ibnul Qayyim menegaskan bahwa siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan manusia.
 Al-Qur’an (QS. Muhammad: 7, QS. An-Nur: 55) menunjukkan bahwa iman dan amal saleh akan mendatangkan pertolongan, keberkahan, dan penerimaan di muka bumi.
 Hadits Nabi (HR. Ahmad no. 23630) menegaskan bahwa Allah-lah yang menanamkan cinta manusia kepada seorang hamba yang dicintai-Nya.

Maka, seorang muslim hendaknya lebih dahulu memperbaiki ibadah, ikhlas, dan ketaatannya kepada Allah, karena dari sanalah akan datang kebaikan hubungan dengan sesama manusia.

.

Referensi

1.Ibnul Qayyim, Al-Fawaid, hal. 77.
2.Al-Qur’an, QS. Muhammad: 7; QS. An-Nur: 55.
3.Ahmad, Musnad Ahmad, no. 23630.
4.Abu Nu‘aim, Hilyatul Auliya’, 8/95.

.

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini

Post Comment

Hadana Studio™
error: Content is protected !!