Malu untuk Bermaksiat: Jalan Perlindungan dari Azab Allah

Malu untuk Bermaksiat: Jalan Perlindungan dari Azab Allah

Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:

“Siapa saja yang malu untuk bermaksiat kepada Allah, Allah pun akan malu untuk mengadzabnya ketika ia bertemu dengan-Nya. Siapa saja yang tidak malu untuk bermaksiat kepada-Nya, Allah pun tidak akan malu untuk menghukumnya.” (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hal. 68)

Makna dan Penjelasan

Dalam kalimat ini, Ibnul Qayyim رحمه الله menjelaskan kekuatan sifat malu (حيــاء) sebagai benteng penjaga diri dari maksiat.

Malu kepada Allah berarti:

  • Merasa selalu diawasi oleh-Nya.
  • Menjaga diri dari perbuatan yang melanggar perintah-Nya.
  • Menghindari dosa, meskipun di tempat yang tidak terlihat manusia.

Akibatnya:

Jika seseorang menjaga malu kepada Allah, Allah pun akan memperlakukannya dengan kasih sayang, bahkan menjaganya dari azab di akhirat.

Sebaliknya, jika seseorang tidak malu berbuat dosa, terbuka melakukan maksiat tanpa merasa bersalah, Allah tidak akan segan menghukumnya dengan adil sesuai perbuatannya.

Pelajaran utama:

Rasa malu bukan kelemahan, tapi kekuatan iman.

Dalil-Dalil Pendukung

1. Rasa malu adalah cabang iman

    الحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

    “Malu adalah salah satu cabang dari iman.” (HR. Bukhari no. 9, Muslim no. 35)

    Penjelasan:

    Semakin kuat rasa malu kepada Allah, semakin kuat iman seseorang. Malu menjaga seseorang dari perbuatan hina.

    2. Allah Maha Pemalu kepada hamba-Nya yang menjaga malu

      Rasulullah ﷺ bersabda:

      إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ

      “Sesungguhnya Allah Maha Pemalu lagi Maha Pemurah. Dia malu jika seorang hamba mengangkat kedua tangannya (berdoa) kepada-Nya lalu Dia tidak mengabulkan permintaannya dengan memberi sesuatu.” (HR. Abu Dawud no. 1488; dinyatakan shahih oleh al-Albani)

      Penjelasan:

      Allah menghargai hamba yang menjaga hubungan dengan-Nya, bahkan malu membiarkan mereka kembali dengan tangan kosong.

      3. Perintah untuk malu kepada Allah

        Rasulullah ﷺ bersabda:

        اسْتَحْيُوا مِنَ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ

        “Malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu.” (HR. Tirmidzi no. 2458; dinyatakan hasan sahih oleh al-Albani)

        Penjelasan:

        Hakikat malu kepada Allah adalah menjaga kepala (pikiran) dan apa yang ada di dalamnya, menjaga perut (dari yang haram), dan mengingat mati serta musibah kubur.

        4. Allah tidak akan segan menghukum

          إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ

          “Sesungguhnya siksaan Tuhanmu itu sangat keras.” (QS. Al-Buruj: 12)

          Penjelasan:

          Jika seseorang berani menantang perintah Allah tanpa rasa malu, maka dia harus siap menerima hukuman-Nya yang berat.

          Kesimpulan

          • Malu kepada Allah adalah benteng iman yang melindungi dari maksiat.
          • Siapa yang malu berbuat dosa, Allah pun malu untuk mengadzabnya.
          • Siapa yang tak malu bermaksiat, Allah tak segan menghukumnya dengan adil.
          • Malu adalah akhlak mulia yang harus ditanamkan sejak dini, karena menjadi penjaga iman dan akhlak.

          Sumber Referensi

          • Ibnul Qayyim, Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’
          • Shahih Bukhari no. 9, Shahih Muslim no. 35
          • HR. Abu Dawud no. 1488
          • HR. Tirmidzi no. 2458
          • QS. Al-Buruj: 12
          Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini

          Post Comment

          error: Content is protected !!