Maafkan Saja: Pelajaran Agung dari Imam Ahmad Rahimahullah
Maafkan Saja: Pelajaran Agung dari Imam Ahmad Rahimahullah
Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله berkata:
“Apa manfaatnya bagimu apabila saudara Muslimmu mendapatkan azab Allah karena sebabmu?” (Siyar A’lam An-Nubala’, 11/297)
Perkataan ini menggambarkan betapa luasnya hati dan keluhuran akhlak seorang ulama besar seperti Imam Ahmad rahimahullah. Ia mengingatkan kita bahwa rasa dendam, sakit hati, dan keinginan membalas bukanlah solusi terbaik, bahkan bisa mendatangkan bencana bagi orang lain dan dosa bagi diri sendiri.
Mengapa seseorang ingin saudaranya diazab Allah hanya karena kesalahan kepada dirinya?
Bukankah lebih mulia memaafkan dan berharap saudara kita mendapat ampunan dan hidayah?
Imam Ahmad mengajarkan kepada kita bahwa:
- Dendam tidak mendatangkan kebaikan.
- Balas dendam yang melampaui batas bisa menyebabkan orang lain jatuh ke dalam dosa besar.
- Dan jika itu terjadi karena kita yang memicu atau memprovokasi, kita juga bisa ikut menanggung dampaknya di hadapan Allah ﷻ.
Dalil-Dalil Pendukung
1. Memaafkan adalah kemuliaan:
فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ
“Barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura: 40)
Penjelasan:
Allah menjanjikan pahala besar bagi orang yang memilih untuk memaafkan dan memperbaiki keadaan, bukan memperkeruh atau membalas dendam.
2. Balasan Setimpal Boleh, Tapi Memaafkan Lebih Baik:
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya dari Allah.” (QS. Asy-Syura: 40)
Kita boleh membalas setimpal, namun Islam lebih mengedepankan pengampunan dan perbaikan.
3. Nabi ﷺ adalah teladan pemaaf:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي، فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
“Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari no. 3477)
Nabi Muhammad ﷺ sendiri memaafkan bahkan saat disakiti dan dilukai. Ketika dakwah ke Tha’if, saat beliau berdarah-darah karena perlakukan penduduk disana, beliau masih mendoakan mereka agar diampuni, bukan dihukum.
4. Balas dengan kebaikan
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Balaslah (kejahatan) dengan sesuatu yang lebih baik…” (QS. Fussilat: 34)
Mengubah keburukan dengan kebaikan akan melembutkan hati yang keras dan menjadi sebab datangnya hidayah.
Kesimpulan dan Pelajaran
- Memaafkan lebih berat, tapi lebih tinggi derajatnya.
- Jangan sampai kebencianmu menyebabkan orang lain diazab, karena bisa jadi kamu pun ikut menanggung dosanya.
- Lebih baik kita menjadi jalan hidayah dan perbaikan untuk orang lain, bukan sebab celakanya mereka.
Sumber Referensi
- Imam adz-Dzahabi, Siyar A’lam An-Nubala’, 11/297
- Al-Qur’anul Karim: QS. Asy-Syura: 40, QS. Fussilat: 34, QS. An-Nur: 22
- Shahih al-Bukhari
- Tafsir Ibn Katsir

Post Comment