Waspada terhadap Ujub dan Tertipu dengan Diri Sendiri

Waspada terhadap Ujub dan Tertipu dengan Diri Sendiri
(Kaidah Kesembilan)

Allah Ta’ala berfirman :

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia-lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.“ (QS. An-Najm: 32)

Allah Ta’ala melarang memuji diri sendiri dengan menunjukkan kesucian dan kebaikannya, karena tempat ketakwaan adalah hati dan Allah Ta’ala lebih mengetahui siapa yang telah mencapai ketakwaan tersebut. Sesungguhnya memuji diri sendiri merupakan salah satu penyebab timbulnya ujub dan riya yang merupakan perusak amal.

Waspada terhadap Ujub dan Tertipu dengan Diri Sendiri

Seorang mukmin, betapapun rajin melakukan amal shalih dan menjauhi perkara haram, ia tidak terlepas dari kekurangan, mendzalimi diri. Itulah mengapa Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhu ketika meminta diajarkan doa oleh Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang dapat ia panjatkan dalam shalatnya, maka Nabi mengajarkan kepadanya untuk mengatakan :

اللَّهُمَّ إنِّي ظَلَمْت نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا ، وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلَّا أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِك وَارْحَمْنِي ، إنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Ya Allah, Sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri dengan kezaliman yang banyak. Tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan rahmati aku. Sesungguhnya Engkau Dzat Maha pengampun lagi Penyayang.” (HR. Bukhari no. 834 dan Muslim no. 2705)

Bila Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhu saja sedemikian khawatir terhadap kedzaliman yang dilakukannya, bagaimana seharusnya orang-orang yang kedudukannya di bawah beliau.

‘Abdullah bin Abu Mulaikah rahimahullahu berkata :

“Aku berjumpa dengan lebih dari tiga puluh orang shahabat, dan mereka semua takut kemunafikan ada dalam diri mereka.” [Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq (tanpa sanad) dengan shigat jazm (ungkapan tegas) sebelum nomor 834]

Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam tafsirnya, (17: 28), Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata :

إن المؤمن جمع إحسانا وشفقة، وإن المنافق جمع إساءة وأمنا

“Seorang mukmin mengumpulkan antara berbuat baik dan sikap hati-hati, sedangkan orang munafik mengumpulkan antara perbuatan buruk dan rasa aman.” Kemudian beliau membaca ayat,

إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka,“ (QS. Al-Mu’minun: 57)

•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
📖 Disarikan oleh ustad Rian Abu Rabbany dari kitab ’Asyru Qawa’id fi Tazkiyati an-Nafsi Karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullaah
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•

***

Demikianlah artikel yang membahas tentang kaidah kesembilan dari tema pembahasan 10 kaidah penyucian jiwa, yakni agar waspada terhadap ujub dan tertipu dengan diri sendiri sebagaimana yang diterangkan dalam al-Qur’an dan hadits.

Semoga Allah senantiasa membimbing dan menunjukkan kita kepada kebenaran, serta memberikan taufik kepada kita untuk mengetahui ilmu tentang syari’at agama Islam untuk kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa menghadirkan keberkahan dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, aamiin ya Rabbal ‘alamin…

Dapatkan berbagai informasi lainnya mengenai artikel islami, poster nasihat, info kajian sunnah Bandung serta kesempatan untuk melakukan tanya jawab di .

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini kepada keluarga, sahabat, teman dan kenalan Anda. Rekomendasikan juga website KajianSunnahBandung.Web.Id agar semakin banyak orang yang mendapatkan faidah dan kebaikan melalui wasilah Antum. Insya Allah…

Barakallahu fiikum..

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *