Menutup Pintu dari Hal yang Menjerumuskan
Menutup Pintu dari Hal yang Menjerumuskan
(Kaidah Keenam)
“Menutup pintu yang dapat mengeluarkan seseorang dari kesucian jiwa, menjauhkannya dari keutamaan dan menjerumuskannya ke dalam kehinaan.”
Menutup pintu yang dapat merusak dan mengotori jiwanya merupakan kebutuhan setiap hamba yang sangat mendesak. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Allah memberikan perumpamaan berupa jalan yang lurus. Kemudian di atas kedua sisi jalan itu terdapat dua dinding. Dan pada kedua dinding itu terdapat pintu-pintu yang terbuka lebar. Kemudian di atas setiap pintu terdapat tabir penutup yang halus. Dan di atas pintu jalan terdapat penyeru yang berkata,
‘Wahai sekalian manusia, masuklah kalian semua ke dalam shirath dan janganlah kalian menoleh kesana kemari.’
Sementara di bagian dalam dari Shirath juga terdapat penyeru yang selalu mengajak untuk menapaki Shirath, dan jika seseorang hendak membuka pintu-pintu yang berada di sampingnya, maka ia berkata,
‘Celaka kamu, jangan sekali-kali kamu membukanya. Karena jika kamu membukanya maka kamu akan masuk ke dalamnya.’
Ash Shirath itu adalah Al Islam. Kedua dinding itu merupakan batasan-batasan Allah Ta’ala. Sementara pintu-pintu yang terbuka adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Dan adapun penyeru di depan shirath itu adalah Kitabullah (Al Qur`an) ‘azza wa jalla. Sedangkan penyeru dari atas shirath adalah penasihat Allah (naluri) yang terdapat pada setiap kalbu seorang mukmin.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 17909)
Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah dalam Majmu’ Rasail Ibnu Rajab (1: 206) menjelaskan bahwa barangsiapa yang tidak istiqamah di atas jalan agama yang lurus, sehingga ia membuka pintu-pintu keharaman dan masuk ke dalamnya, baik hal yang diharamkan itu berupa syahwat atau syubhat, maka dia akan disambar oleh pengait yang ada di sebalah kanan dan kiri ash-Shirath pada hari kiamat.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur: 30)
Abu Hayyan al-Andalusi rahimahullah dalam Al-Bahru al-Muhiith (8:33) berkata,
“Menundukkan pandangan itu lebih didahulukan daripada menjaga kemaluan karena pandangan mata adalah pos menuju zina, pengantar kekejian, dan musibah di dalamnya itu lebih parah dan lebih banyak.”
Saat menafsirkan ayat ini, Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menambahkan bahwa barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah Ta’ala akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik baginya. Oleh karenanya, termasuk di antara tanda kebaikan agama seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, baik berupa berlebih-lebihan dalam berbicara, memandang, dan yang lainnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Badaai’ al-Fawaaid (2: 820) menjelaskan:
وأكثر المعاصي إنما تولدها من فضول الكلام والنظر وهو أوسع مداخل الشيطان فإن جارحتيهما لا يملان ولا يسأمان
“Mayoritas kemaksiatan semata-mata disebabkan sikap berlebih-lebihan dalam berbicara dan memandang. Keduanya adalah pintu masuk setan yang paling luas. Karena mulut dan mata adalah dua anggota tubuh yang jarang lelah dan bosan.”
Maka hendaklah setiap hamba itu berakal dan cerdas sehingga dapat memohon kesabaran dan keselamatan kepada Allah Ta’ala dan memohon agar Allah Ta’ala menutup jalan yang dapat mengantarkannya menuju kebinasaan dan kemaksiatan. Terlebih lagi di zaman kita sekarang ini, dimana pintu syubhat dan syahwat terbuka dengan berbagai media dan teknologi yang berkembang, sehingga banyak manusia yang menyia-yiakan dan acuh terhadap agamanya berjalan menuju kesesatan dan berpaling dari hidayah.
Wal ‘iyadzu billah.
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
📖 Disarikan Ustadz Rian Abu Rabbany dari kitab ’Asyru Qawa’id fi Tazkiyati an-Nafsi Karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullaah
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
***
Demikianlah artikel yang membahas tentang kaidah keenam dari 10 kaidah penyucian jiwa, yakni agar menutup pintu dari hal yang menjerumuskan sebagaimana yang diterangkan dalam al-Qur’an dan hadits.
Semoga Allah senantiasa membimbing dan menunjukkan kita kepada kebenaran, serta memberikan taufik kepada kita untuk mengetahui ilmu tentang syari’at agama Islam untuk kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa menghadirkan keberkahan dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, aamiin ya Rabbal ‘alamin…
Dapatkan berbagai informasi lainnya mengenai artikel islami, poster nasihat, info kajian sunnah Bandung serta kesempatan untuk melakukan tanya jawab di .
Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini kepada keluarga, sahabat, teman dan kenalan Anda. Rekomendasikan juga website KajianSunnahBandung.Web.Id agar semakin banyak orang yang mendapatkan faidah dan kebaikan melalui wasilah Antum. Insya Allah…
Barakallahu fiikum..