Beberapa Praktik dan Sarana Kesyirikan Bagian Ketiga

Beberapa Praktik dan Sarana Kesyirikan Bagian Ketiga

Bismillah…

Sekarang kita masuk pada pembahasan ketiga tentang beberapa praktik dan sarana kesyirikan, yaitu sebuah perbuatan yang disebut dengan Tathayyur! Apakah yang dimaksud dengannya? Simak penjelasan lengkapnya!

beberapa praktik dan sarana kesyirikan bagian ketiga

 

#6 : Tathayyur

Tathayyur adalah merasa pesimis atau sial yang dikaitkan karena burung, nama, kata, tempat, orang, atau lainnya. Bila seseorang hendak melakukan satu pekerjaan dunia atau agama, kemudian dia mendengar atau melihat sesuatu yang dia benci maka hal itu berdampak pada dirinya satu dari dua kemungkinan :

  • Pertama, membatalkan apa yang hendak dikerjakannya, karena dia pesimis dan merasa sial karena hal tersebut, sehingga berdampak pada keyakinan imannya, lalu merusak tauhid dan tawakkalnya kepada Allah Ta’ala.

  • Kedua, dia tidak membatalkan niatnya, tetapi perasaan pesimis dan sial masih bergelayut di dalam hatinya, dia diliputi kesedihan, kecemasan, was-was, dan lemah semangat.

Bila ditimpa hal seperti ini, kita wajib berusaha membuangnya, memohon pertolongan pada Allah, bertawakkal kepada-Nya, dan tetap melanjutkan apa yang hendak dikerjakannya dengan mengucapkan :

الّلهُمَّ لَا يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلَّا أَنْتَ وَلَا يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلَّا أَنْتَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ

“Ya Allah, hanya Engkau yang mendatangkan kebaikan, hanya Engkau yang menolak keburukan, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan-Mu.”

Tathayyur merupakan penyakit kronis yang telah ada sejak dahulu kala, yang menyerang umat-umat kafir. Mereka merasa sial dengan makhluk Allah yang terbaik, yaitu para nabi ‘alaihimus salaam dan orang-orang yang mengikuti mereka. Hal ini karena kesesatan yang tertanam dalam jiwa mereka. Padahal segala sesuatu terjadi berdasarkan Qadha dan Qadar Allah, menurut hikmah dan ilmu-Nya, sebagai karunia atau keadilan-Nya.

Tathayyur adalah syirik, karena ia bergantung kepada selain Allah, juga meyakini terwujudnya madharat dari makhluk yang tidak memiliki manfaat atau madharat untuk dirinya sendiri.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ، ولا هامَةَ ولا صَفَرَ

“Tidak ada penyakit menular, tidak ada dampak dari thiyarah (anggapan sial), tidak ada kesialan karena burung hammah, tidak ada kesialan para bulan Shafar.” (HR. Bukhari no. 5757, Muslim no.2220).

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dampak buruk tathayyur kepada umat, agar mereka mengetahui bahwa Allah ta’ala tidak menjadikannya sebagai pertanda dan petunjuk bagi mereka. Bahkan dalam sebuah hadits, beliau justru kagum dengan sikap optimis (al-fa`lu). Berbeda dengan tathayyur, al-Fa`lu merupakan wujud baik sangka kepada Allah ta’ala.

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Miftah Dar as-Sa’adah (2/244) menyebutkan :

“Takjub dan menyukai optimis tidak mengandung syirik, sebaliknya ia adalah penjelasan tentang tuntutan tabi’at dan fitrah manusia yang condong kepada sesuatu yang sesuai dan sejalan dengan manfaatnya. Allah Ta’ala telah menanamkan insting pada manusia menyukai nama yang baik dan mengaguminya. Allah Ta’ala menjadikan jiwa manusia tenang, berbahagia, dan bergembira manakala mendengar kata selamat, berhasil, menang, kabar gembira, beruntung, dan lulus. Sebaliknya bila telinga mendengar kebalikannya, maka hati berduka menyisakan rasa takut, sial, pesimis, dan bersedih terhadap apa yang dilakukan dan dikerjakan. Hal ini melahirkan kerugian dunia dan kekurangan pada iman, serta terjatuh ke dalam syirik.”

Ketika seseorang ditimpa perasaan sial dan pesimis, hendaknya ia menebus perbuatannya itu dengan ucapan yang disabdakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

“Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang berasal dari-Mu dan tidak ada kesialan kecuali kesialan yang berasal dari-Mu (yang telah Engkau tetapkan), dan tidak ada tuhan selain Engkau.” (HR. Ahmad: 2/220, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma. Dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Ta’liq Musnad Ahmad no. 7045)

Semoga Allah Ta’ala melimpahkan kepada kita iman dan tawakal kepada-Nya, menjauhkan kita dari jalan thiyarah dan syirik. Aamiin.

•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
📖 Disarikan oleh Ustadz Rian Abu Rabbany dari kitab Panduan Lengkap Membenahi Akidah Karya Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullaah
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•

***

Demikianlah artikel yang membahas tentang beberapa praktik dan sarana kesyirikan (bagian ketiga) yang membahas tentang Tathayyur, sebagaimana yang diterangkan oleh dalil-dalil yang shahih. Hal ini penting untuk diketahui agar bisa dihindari dan dijauhi sehingga perkara dan sarana yang bisa mengantarkan kepada perbuatan kesyirikan bisa kita halau, dan hanya kepada Allah Ta’ala saja kita hendaknya senantiasa meminta hidayah dan pertolongan agar tetap dibimbing ke jalan yang diridhai-Nya.

Semoga Allah senantiasa membimbing dan menunjukkan kita kepada kebenaran, serta memberikan taufik kepada kita untuk mengetahui ilmu tentang syari’at agama Islam untuk kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa menghadirkan keberkahan dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, aamiin ya Rabbal ‘alamin…

Dapatkan berbagai informasi lainnya mengenai artikel islami, poster nasihat, info kajian sunnah Bandung serta kesempatan untuk melakukan tanya jawab di .

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini kepada keluarga, sahabat, teman dan kenalan Anda. Rekomendasikan juga website KajianSunnahBandung.Web.Id agar semakin banyak orang yang mendapatkan faidah dan kebaikan melalui wasilah Antum. Insya Allah…

Barakallahu fiikum..

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *