Keutamaan Shalat Malam di Bulan Ramadhan

Keutamaan Shalat Malam di Bulan Ramadhan

Bismillah…

Allah Ta’ala telah mensyari’atkan berbagai ibadah pada para hamba-Nya dengan beraneka ragam agar mereka dapat mengambil bagian dari setiap jenisnya dan tidak merasa bosan dan satu bentuk ibadah tertentu saja.

Di antara berbagai bentuk ibadah tersebut adalah shalat. Allah mewajibkan untuk melakukan shalat fardhu lima kali dalam sehari semalam. Lima kali dalam pelaksanaan, namun lima puluh dalam timbangan. Allah Ta’ala pun menganjurkan untuk memperbanyak shalat sunnah sebagai penyempurna shalat wajib.

keutamaan shalat malam di bulan ramadhan

Di antara shalat sunnat tersebut adalah shalat malam yang Allah memuji para pelakunya melalui firman-Nya :

وَٱلَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَٰمًا

“Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 64)

Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ.

“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.” [HR. Muslim, kitab ash-Shiyaam bab Fadhli Shaumil Mu-harram, (no. 1163).]

Salah satu bentuk shalat malam adalah shalat witir. Jumlah minimalnya adalah satu rakaat dan jumlah maksimalnya sebelas rakaat.

Berikut beberapa contoh pelaksanaan shalat witir.

  1. Tiga rakaat bisa dilakukan dengan satu salam atau dua kali salam,

  2. Lima rakaat witir dikerjakan secara berturut-turut, tidak duduk (tasyahud) dan salam kecuali pada rakaat terakhir,

  3. Tujuh rakaat witir dikerjakan sama seperti lima rakaat witir,

  4. Sembilan rakaat witir dikerjakan dengan satu salam, tapi tasyahud awal pada rakaat ke delapan dan tasyahud akhir di rakaat ke sembilan,

  5. Namun apabila dilaksanakan secara berjamaah, sebaiknya imam melakukan salam pada setiap dua rakaat agar tidak memberatkan jamaah.

Shalat malam di bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan kelebihan dari selain bulan Ramadhan, berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa melakukan qiyam (mendirikan shalat malam) pada bulan Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759].

Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh An Nawawi. (Syarh Muslim, 3/101)

Qiyam Ramadhan mencakup semua shalat yang dilakukan pada awal hingga akhir malam. Oleh karena itu, shalat tarawih merupakan bagian dari qiyam Ramadhan. Dinamakan tarawih karena dahulu orang-orang benar memanjangkan shalat sehingga mereka beristirahat sebentar setiap selesai mengerjakan empat rakaat.

Seorang muslim hendaknya bersemangat mengerjakan shalat-shalat malam tersebut, memperhatikan, serta mengharapkan ganjaran dan pahala dari shalatnya tersebut. Bulan Ramadhan mesti dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh setiap mukmin yang berakal sebelum bulan tersebut berlalu.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pertama kali mensunnahkan pelaksanaan shalat tarawih secara beramaah di masjid, kemudian beliau meninggalkannya karena khawatir jika akhirnya shalat tersebut akan diwajibkan kepada umatnya.

Salafush Shalih berselisih pendapat tentang jumlah rakaat shalat tarawih dan witir. Ada yang berkata 41 rakaat, 39 rakaat, 29 rakaat, 23 rakaat, 19 rakaat, 13 rakaat, 11 rakaat, dan beberapa pendapat lainnya.

Pendapat terkuat adalah yang menyatakan bahwa jumlah rakaat shalat Tarawih sebanyak sebelas atau tiga belas rakaat. Berdasarkan riwayat yang tercantum dalam shahihain dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

وَعَنْهَا ، قَالَتْ : مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَزِيْدُ – فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ – عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً : يُصَلِّي أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّي أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاثاً. فَقُلتُ: يَا رسولَ اللهِ ، أتَنَامُ قَبْلَ أنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: (( يَا عَائِشَة، إنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah (baik dalam bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan Lainnya) dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan tentang bagus dan panjangnya rakaat tersebut. Kemudian beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan bagusnya dan panjangnya rakaat tersebut. Lalu beliau shalat tiga rakaat. Maka aku berkata,Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum engkau melakukan witir?’ Beliau menjawab, ‘Wahai Aisyah, sesungguhnnya mataku tidur tetapi hatiku tidak.’” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 1147 dan Muslim, no. 738)

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhu, beliau berkata :

كَانَ صَلاَةُ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً . يَعْنِى بِاللَّيْلِ

“Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam hari adalah 13 raka’at.” (HR. Bukhari no. 1138 dan Muslim no. 764).

Sebagian ulama mengatakan bahwa shalat malam yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 11 raka’at. Adapun dua raka’at lainnya adalah dua raka’at ringan yang dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembuka melaksanakan shalat malam, sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (4/123, Asy Syamilah)

Hendaknya seorang muslim tidak tertinggal dari shalat tarawih agar ia bisa mendapatkan pahala dan ganjarannya. Janganlah berpaling hingga imam selesai dari Tarawih dan Witir supaya memperoleh pahala melakukan shalat semalam suntuk. Para wanita boleh mengikuti shalat tarawih di masjid, selama tidak terkena atau menimbulkan fitnah dengan tetap wajib menutup diri, berhijab, tidak tabarruj, tidak memakai wangi-wangian, tidak menyaringkan suara, dan tidak menunjukkan perhiasan.

Disunnahkan pula bagi wanita untuk shalat jauh di belakang lelaki. Mereka memulai shaf dari yang paling belakang lalu semakin ke depan, berbeda dengan kaum pria.

Setelah imam salam, seharusnya para wanita tersebut segera meninggalkan masjid dan tidak berlama-lama di dalamnya tanpa udzur agar tidak berpapasan dengan kaum laki-laki.

Wallahu a‘lam…

Referensi takhrij hadits :
Rumaysho.Com

•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
📖 Disarikan oleh Ustadz Rian Abu Rabbany dari kitab Majalisu Syahri Ramadhan karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•

***

Demikianlah artikel yang menjelaskan tentang keutamaan shalat malam di bulan Ramadhan. Semoga Allah senantiasa membimbing dan menunjukkan kita kepada kebenaran, serta memberikan taufik kepada kita untuk mengetahui ilmu tentang syari’at agama Islam untuk kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama di bulan Ramadhan yang insya Allah akan datang sebentar lagi , aamiin ya Rabbal ‘alamin…

Dapatkan berbagai informasi lainnya mengenai artikel islami, poster nasihat, info kajian sunnah Bandung serta kesempatan untuk melakukan tanya jawab di .

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini kepada keluarga, sahabat, teman dan kenalan Anda. Rekomendasikan juga website KajianSunnahBandung.Web.Id agar semakin banyak orang yang mendapatkan faidah dan kebaikan melalui wasilah Antum. Insya Allah…

Barakallahu fiikum…

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *