5 Syarat Taubat Nasuha

5 syarat taubat nasuha

5 Syarat Taubat Nasuha

Bismillah…

Ikhwah fillah…

Marilah kita akhiri bulan Ramadhan ini dengan bertaubat kepada Allah dari bermaksiat terhadap-Nya, dan dengan kembali kepada-Nya dengan cara mengerjakan segala amalan yang diridhai oleh-Nya. Sebab, yang namanya manusia itu selalu saja tidak lepas dari tindak kesalahan dan kekurangan.

 

Dalil Al-Qur’an tentangTaubat

Allah Ta’ala berfirman :

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat.” (QS. Hud (11): 3)

Juga firman Allah Ta’ala :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah (2): 222)

 

Dalil dari Hadits tentang Taubat

Sedangkan hadits-hadits yang membicarakan taubat, di antaranya adalah :

Dari al-Aghar bin Yasar al-Muzani diriwayatkan bahwa ia berkata, Nabi ﷺ bersabda :

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ، فَإِنِّيْ أَتُوْبُ إِلَى اللهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ

Rasulullah Shalllallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dan minta ampun kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus kali.’” [Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh imam Ahmad (IV/260-261 dan V/411) dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir (I/301-302, no. 886)]

Allah Ta’aala merasa sangat senang dengan taubat hamba-Nya karena kecintaan Allah kepada untuk menerima taubat dan memberi maaf serta kecintaan-Nya akan kembalinya hamba-Nya kepada-Nya setelah sempat meninggalkan diri dari-Nya.

 

Definisi Taubat

Taubat adalah kembali dari meninggalkan kemaksiatan menuju taat kepada-Nya, karena hanya Allah-lah yang wajib diibadahi. Sedangkan hakikat ubudiyah adalah ketundukan dan kepatuhan kepada yang disembah karena dorongan cinta dan pengagungan (mahabbah dan ta’zhim). Jika seorang hamba lepas dari ketaatan kepada Allah, maka cara bertaubatnya adalah dengan kembali kepada-Nya dan berdiri di hadapan-Nya layaknya orang yang membutuhkan, hina, takut dan pasrah di hadapan-Nya.

Taubat itu wajib dilakukan seketika dan tidak boleh diundur-undur. Sebab, seorang hamba tidaklah tahu apa yang akan menimpa dirinya bila ia sampai mengulur-ulurkannya. Tindakan terus-menerus berbuat maksiat itu akan menjadikan pelakunya terbiasa melakukan hal seperti itu dan bahkan tergantung kepadanya.

 

5 Syarat Taubat Nasuha

Taubat yang diperintahkan oleh Allah Ta’aala adalah taubat nasuha, yaitu taubat yang memenuhi lima syarat taubat.

#1 : Dilakukan secara Ikhlas

Taubat itu harus dilakukan secara ikhlash (murni) karena Allah Ta’ala, dimana yang mendorong taubat itu adalah kecintaan kepada Allah, pengagungan kepada-Nya, mengharap pahala dari-Nya, dan takut kepada siksa-Nya.

#2 : Menyesali dan sedih atas perbuatan dosa yang telah dilakukan

Syarat taubat nasuha berikutnya adalah dengan merasa menyesal serta sedih atas setiap perbuatan dosa yang telah dilakukannya di masa lalu dengan harapan bahwa hal tersebut tidak pernah terulang kembali.

#3 : Meninggalkan perbuatan maksiat seketika itu juga

Jika kemaksiatan itu berupa tindakan melakukan hal yang diharamkan, maka ia harus meninggalkannya seketika itu juga. Jika kemaksiatan yang dilakukannya adalah dalam bentuk meninggalkan kewajiban, maka ia harus melaksanakan kewajiban yang telah ditinggalkannya seketika itu pula jika kewajiban yang ditinggalkannya itu bisa atau boleh diqadha, seperti zakat dan haji.

Taubat itu tidaklah sah bila pelakunya masih saja terus melakukan kemaksiatan! Bahkan itu merupakan bentuk permainan, olok-olokan terhadap Allah dan ayat-ayat-Nya yang justru akan semakin menjauhkan kita dari Allah Ta’ala.

Tetap dianggap sah bertaubat dari satu dosa, sekalipun masih melakukan tindakan dosa dalam bentuk yang lain. Sebab, amalan itu berjenjang-jenjang, dan iman pun bertingkat-tingkat.

#4 : Bertekad untuk tidak mengulangi

Bertekad untuk tidak mengulangi kembali kemaksiatan yang pernah dilakukan di waktu berikutnya. Sebab, tekad seperti ini merupakan buah dari taubat dan bukti dari kesungguhan orang yang bertaubat.

#5 : Taubat itu tidak dilakukan setelah berakhirnya masa penerimaan taubat

Jika taubat dilakukan setelah berakhirnya waktu penerimaan taubat, maka taubatnya tidak bisa diterima. Berakhirnya waktu penerimaan taubat itu ada dua jenis : yang bersifat umum bagi setiap orang, dan yang bersifat khusus bagi setiap pribadi itu sendiri.

Yang bersifat umum adalah jika matahari terbit dari Barat. Sedang yang bersifat khusus adalah ketika ajal tiba. Jika ajal seseorang telah tiba, dan ia telah melihat kematian itu telah menjemputnya, maka taubatnya tidak akan berguna dan tidak bisa diterima.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu ‘Abdirrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (ruh) belum sampai di tenggorokan” [Hadits shahih riwayat At Tirmidzi (no. 3537), Al Hakim (IV/257), Ibnu Majah (no. 4253). Lafazh hadits ini menurut Imam At Tirmidzi]

 

Penutup

Jika taubat yang dilakukan oleh seorang hamba itu sah dan bisa diterima karena telah memenuhi syarat-syaratnya, maka Allah Ta’ala pun menghapuskan dosa yang dilakukan oleh hamba-Nya dan memberikan ampunan kepadanya, sekalipun dosa itu besar.

Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

“Katakanlah : ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar : 53)

Ayat ini berbicara mengenai orang-orang yang bertaubat dan kembali kepada Rabb mereka serta pasrah dan menyerahkan diri kepada-Nya.

Oleh karena itu, semoga Allah Ta’ala merahmati umur kita, sehingga bersegera untuk melakukan taubat yang tulus kepada Rabb sebelum kematian tiba-tiba datang menghampiri.

 

Referensi takhrij hadits :
https://almanhaj.or.id/

•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
📖 Disarikan oleh Ustadz Rian Abu Rabbany dari kitab Majalisu Syahri Ramadhan karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•

***

Demikianlah artikel yang membahas tentang 5 syarat taubat nasuha. Semoga Allah senantiasa membimbing dan menunjukkan kita kepada kebenaran, serta memberikan taufik kepada kita untuk mengetahui ilmu tentang syari’at agama Islam untuk kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa menghadirkan keberkahan dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, aamiin ya Rabbal ‘alamin…

Dapatkan berbagai informasi lainnya mengenai artikel islami, poster nasihat, info kajian sunnah Bandung serta kesempatan untuk melakukan tanya jawab di .

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini kepada keluarga, sahabat, teman dan kenalan Anda. Rekomendasikan juga website KajianSunnahBandung.Web.Id agar semakin banyak orang yang mendapatkan faidah dan kebaikan melalui wasilah Antum. Insya Allah…

Barakallahu fiikum..

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini

Post Comment