Peringatan Maulid Nabi! Siapa yang Memulainya?
Peringatan Maulid Nabi Siapa yang Memulainya?
Pertanyaan ini seringkali terbersit di benak, terlebih ketika tiba di bulan Rabi’ul Awwal, dimana kebanyakan umat Islam di Indonesia pada khususnya, menyelenggarakan berbagai acara dalam rangka memperingati maulid atau hari kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dengan berbagai macam gaya, cara dan lain sebagainya, berupa amal perbuatan dan perkataan.
Semakin bertambah usia, makin tinggilah rasa penasaran tentang hal tersebut sehingga mendorong untuk mencari tahu dari berbagai literatur tentang kapankah peringatan ini dimulai? Dan siapakah yang mempelopori peringatan maulid ini? Mengingat tidak ada satupun dalil dalam al-Qur’an dan Hadits yang mensyari’atkan hal ini! Serta TIDAK PERNAH SAMPAI SEDIKIT PUN ILMU kepada kita yang menjelaskan bahwa para shahabat, para tabi’in, tabi’ut tabi’in, serta imam 4 madzhab yang melakukan peringatan ini.
Tulisan ini pasti akan memunculkan banyak pertentangan di kalangan umat Islam, khususnya di Indonesia, terutama mereka yang masih memperingati maulid Nabi. Namun sebagaimana disampaikan oleh Al-Imam Ash-Shan’ani dalam kitabnya Tathirul yang berjudul Tath-hirul I’tiqod ‘An Adranil Ilhad :
فوجب عليَّ أن أنكر ما أوجب الله إنكاره، ولا أكون من الذين
يكتمون ما أوجب الله إظهاره.
“Aku wajib mengingkari perkara yang Allah wajibkan untuk aku ingkari, dan aku tidak menjadi orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang Allah wajibkan untuk aku tampakkan.” (Kitab Tath-hirul I’tiqod ‘An Adranil Ilhad, hal. 4)
Walaupun peringatan Maulid Nabi mereka klaim sebagai upaya dan bentuk kecintaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, akan tetapi jika diselewengkan pada tata cara dan ritual-ritual yang sama sekali tidak ada landasan syari’atnya, maka segala upaya tersebut akan tertolak, dan bisa jadi malah terjerumus kepada perbuatan Ghuluw (berlebih-lebihan dalam memuliakan orang shalih).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
Dalam hadits yang diriwayatkan dari `Abdullah bin Abbâs Radhiyallahu anhu, dia berkata: “Pada pagi hari di Jumratul Aqabah ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di atas kendaraan, beliau berkata kepadaku: “Ambillah beberapa buah batu untukku!” Maka aku pun mengambil tujuh buah batu untuk beliau yang akan digunakan melontar jumrah. Kemudian beliau berkata:
أَمْثَالَ هَؤُلاَءِ فَارْمُوْا ثُمَّ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ
“Lemparlah dengan batu seperti ini!” kemudian beliau melanjutkan:
“Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama.” [Tafsîrul-Qur’ân al-Azhîm, Ibnu Katsîr]
Penjelasan lebih lanjut tentang Ghuluw bisa dibaca disini https://almanhaj.or.id/3435-fenomena-ghuluw-melampaui-batas-dalam-agama.html
Dan sudah bukan rahasia lagi, bahwa kebanyakan mereka yang memperingati maulid nabi melakukan berbagai hal yang melanggar syari’at, seperti :
-
Pujian yang berlebihan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
-
Dzikir-dzikir khusus yang tidak ada landasan dalilnya,
-
Bernyanyi-nyanyi, menari-nari, serta menghalalkan alat musik dalam ritualnya,
-
Shalawat yang tidak disyari’atkan dengan isi kalimat yang mengandung kesyirikan,
-
Ritual-ritual yang dikhususkan di waktu dan tempat tertentu yang sama sekali tidak ada dalilnya,
-
dan lain sebagainya.
Siapa Yang Memulai Peringatan Maulid Nabi?
Kembali kepada pertanyaan awal, sebetulnya siapa yang mempelopori peringatan ini? Keterbatasan ilmu dan kelemahan pikiran ini sepertinya tidak bisa menjelaskan dengan baik tentang masalah ini, namun alhamdulillah sudah ada referensi yang bisa dijadikan rujukan untuk menjawab pertanyaan ini, disertai dengan dalil dan landasan yang kuat.
Informasi lebih lanjut tentang siapa yang memulai hal ini bisa dibaca dalam artikel berikut :
-
https://konsultasisyariah.com/16065-peringatan-maulud-nabi.html
-
https://konsultasisyariah.com/26137-perayaan-maulid-menurut-ulama-madzhab.html
Silahkan kosongkan gelas dan niatkan untuk mencari kebenaran yang sejati ketika membaca artikel di atas. Kesampingkan hawa nafsu dan kendali pikiran yang membelenggu selama ini, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkaruniakan hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua agar ditunjukkan kepada jalan yang benar, yang Allah kehendaki. Aamiin.
Kenapa hal ini penting untuk dilakukan? Karena tidak sedikit diantara mereka yang ditunjukkan kebenaran yang berdasarkan pada dalil yang shahih, namun tetap menolak dan bersikukuh dengan pendapatnya sendiri. Ada juga yang berargumen bahwa perbuatan memperingati maulid Nabi tersebut sudah dilakukan sejak dulu secara turun temurun dari zaman bapak-bapak dan nenek moyang kami.
Padahal Allah berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ
“Dan jika dikatakan kepada mereka, marilah kalian kepada apa yang Allah turunkan kepada Rasul, niscaya mereka berkata, cukuplah bagi kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami berada padanya. Apakah (mereka tetap bersikap demikian) meskipun bapak-bapak mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. Al-Maidah: 104).
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/17870-penghalang-ittiba-3-mendahulukan-pendapat-nenek-moyang-dan-para-tokoh-di-atas-dalil.html
Syubhat Seputar Peringatan Maulid Nabi
Tidaklah suatu kekeliruan, melainkan disebabkan karena syubhat dan syahwat. Adapun untuk peringatan maulid Nabi ini, maka latar belakang terjadinya hal ini adalah adanya syubhat yang menyambar, dan seiring waktu dibumbui juga oleh syahwat, sehingga nampaklah apa yang bisa kita saksikan saat ini di kalangan umat Islam dalam memperingati Maulid Nabi.
Diantara syubhat yang menyambar tersebut adalah :
-
Dilakukan sebagai bentuk rasa cinta terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
-
Menganggap benar karena tidak ada dalil yang melarangnya,
-
Menganggap bahwa perbuatan ini bid’ah hasanah
Agar tidak terlalu jauh dan dipalingkan dari kebenaran karena syubhat-syubhat tersebut, silahkan baca bantahan tentang berbagai syubhat di atas dalam artikel ini https://rumaysho.com/3113-10-keanehan-para-pro-maulid-seri-1.html
Semoga kita semua ditetapkan dalam hidayah dan taufik Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar bisa berada dalam kebenaran dan jalan keselamatan. Aamiin…
Beribadah itu harus kita kembalikan kepada dalil, dan jangan hanya berdasarkan pikiran dan anggapan “yang penting baik”, karena dalam sebuah hadits diceritakan ada segolongan umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diusir dari telaga Nabi di padang Mahsyar kelak.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، وَلَيُرْفَعَنَّ لِي رِجَالٌ مِنْكُمْ، ثُمَّ لَيُخْتَلَجُنَّ دُونِي، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، أَصْحَابِي، فَيُقَالُ لِي: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
Aku menunggu kalian di telaga. Sungguh ditampakkan kepadaku beberapa orang diantara kalian, kemudian dia disimpangkan dariku. Lalu aku mengatakan, “Ya Rabbi, itu umatku.” Kemudian disampaikan kepadaku, “Kamu tidak tahu apa yang mereka perbuat setelah kamu meninggal.” (HR. Ahmad 4180 dan Bukhari 6576)
Mereka adalah orang-orang yang mengganti agama sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Apa yang dimaksud dengan orang yang mengganti agama, penjelasan lebih lanjut bisa dibaca disini https://konsultasisyariah.com/26509-mereka-yang-diusir-dari-telaga-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html
Cara Mencintai Nabi yang Sesuai Syari’at
Diantara cara mewujudkan kecintaan yang lebih kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
-
Mendahulukan ucapan beliau di atas ucapan siapapun, entah itu ucapan Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan imam-imam yang lain, sampai ucapan kita sendiri, kalau itu memang menyelisihi ucapan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
-
Menuntut ilmu syar’i dalam majelis-majelis yang menjelaskan tentang Al-Qur’an dan Sunnah yang difahami oleh para shalafush shalih
-
Mencari ilmu tentang sunnah-sunnah beliau, kemudian mengamalkan dan menerapkan sunnah-sunnah serta ajaran-ajaran beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut dalam keseharian kita,
-
Berusaha menolong sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan harta dan jiwa kita, dengan cara menghidupkan dan mendakwahkannya kepada keluarga, sahabat, dan orang lain (tentunya dengan pijakan ilmu yang kuat),
-
Memperbanyak membaca shalawat, dengan lafadz yang dicontohkan oleh beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (bukan shalawat versi baru yang sama sekali tidak dicontohkan),
-
Tidak mengubah dan memodifikasi agamanya, dengan membuat atau melakukan ibadah-ibadah yang baru (perbuatan bid’ah) atau menguranginya, karena ini secara tidak langsung menganggap bahwa apa yang disampaikan oleh Rasulullah masih kurang sehingga perlu ditambah,
-
Tidak merendahkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahkan untuk hal yang dianggap remeh sekalipun, karena setiap yang beliau sampaikan adalah berdasarkan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana yang tercantum dalam surat an-Najm ayat 4,
“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
Ditulis di Bandung, 12 Rabi’ul Awwal 1441 H
Sang Faqir Ilmu
***
Semoga apa yang sedikit ini bermanfaat. Tidak ada tujuan lain disampaikannya tulisan ini, melainkan ingin menyampaikan kebenaran yang Allah Subhanahu wa Ta’ala wajibkan untuk disampaikan, sehingga diri ini tidak termasuk orang yang menyembunyikan ilmu.
Dari semua yang disampaikan, yang benarnya dari Allah dan Rasul-Nya, yang salahnya dari diri ana sebagai manusia yang tidak akan luput dari kesalahan. Semoga Allah senantiasa membimbing dan menunjukkan kita kepada kebenaran. Aamiin…
Dapatkan berbagai informasi lainnya mengenai artikel islami, poster nasihat, info kajian sunnah Bandung serta kesempatan untuk melakukan tanya jawab di grup WA Kajian Sunnah Bandung.
Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini kepada keluarga, sahabat, teman dan kenalan Anda. Rekomendasikan juga website KajianSunnahBandung.Web.Id agar semakin banyak orang yang mendapatkan faidah dan kebaikan melalui wasilah Antum. Insya Allah…
Barakallahu fiikum..
Post Comment