Hadits Tentang Diam Lebih Baik
Hadits Tentang Diam Lebih Baik
Bismillah…
Pernahkah kita melakukan muhasabah, introspeksi terhadap lisan kita? Selama yang kita sadari dalam menjalani waktu dalam kehidupan ini, ucapan apakah yang lebih banyak terlontar? Apakah ucapan yang menyelamatkan atau ucapan yang menjerumuskan ke dalam kerugian?
Melalui artikel ini kami ingin mengajak pembaca sekalian untuk kembali mengingat tentang bahaya lisan, karena banyak dalil tentang orang-orang yang celaka hanya karena lisannya.
Diriwayatkan, bahwa Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata,
“Jauhilah fudhuulul kalam (pembicaraan yang melebihi keperluan). Cukup bagi seseorang berbicara, menyampaikan sesuai kebutuhannya.” [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, juz. 1, hlm. 339]
Syaqiq mengatakan, “‘Abdullah bin Mas’ud ber-talbiyah di atas bukit Shofa, kemudian mengatakan,
‘Wahai lidah, katakanlah kebaikan niscaya engkau mendapatkan keberuntungan, diamlah niscaya engkau selamat, sebelum engaku menyesal.’ Orang-orang bertanya, ‘Wahai Abu ‘Abdurrahman, ini adalah suatu perkataan yang engkau ucapkan sendiri, atau engkau dengar?’ Dia menjawab, ‘Tidak, bahkan aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَكْثَرُ خَطَايَا إِبْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ
‘Mayoritas kesalahan anak Adam adalah pada lidahnya.‘” (HR. Thabarani, Ibnu ‘Asakir, dan lainnya. Lihat Silsilah Ash-Shahihah, no. 534).
Tentang Nikmat Lisan
Lisan merupakan nikmat yang Allah Ta’ala karuniakan kepada hamba-Nya. Dan sebagaimana nikmat lainnya, maka hal tersebut akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Apakah nikmat tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk ketaatan dan kebaikan, atau lebih banyak dimanfaatkan untuk kemaksiatan dan dosa.
Allah Ta’ala berfirman :
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16)
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17)
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ (19) }
[ق: 16 – 19]
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.”
“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.”
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
“Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.”
[QS. Qaaf: 16-19.]
Itulah sebabnya, mari kita manfaatkan nikmat lisan ini sebaik-baiknya, dengan melakukan berbagai ibadah berupa perkataan dengan lisan kita, baik dengan memperbanyak dzikir, berdo’a, menyampaikan kebenaran yang berlandaskan dalil yang shahih, membaca Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an, menebarkan salam, dan amalan ucapan lainnya yang diterangkan oleh sumber hukum agama Islam sebagai sebuah amal kebaikan.
Hadits Tentang Diam Lebih Baik
Namun apabila kita khawatir terjerumus dalam kecelakaan dan kerugian akibat lisan kita, maka diam lebih baik! Sebagaimana yang diterangkan dalam beberapa hadist tentang diam lebih baik sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Demikian pula jika kita khawatir lisan kita menjadi sebuah alat yang bisa menyakiti saudara, sahabat, keluarga, dan orang-orang yang berinteraksi dengan kita, maka jadilah muslim yang paling baik dengan menjaga lisan kita sehingga muslim yang lain bisa selamat darinya.
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”
Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Muslim no.64 dengan lafaz :
إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Siapakah orang muslim yang paling baik ?’ Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”.”
Dari nukilan hadits-hadits di atas, memberikan kita panduan dalam mempergunakan lisan. Apabila yang kita ucapkan dan lafadzkan adalah sebuah kebaikan dan memberikan kemanfaataan, maka sampaikanlah hal tersebut! Namun jika itu hanya akan mencelakakan, maka hendaklah menahannya, karena diam yang seperti ini lebih lebih baik dan lebih selamat.
Pembahasan tentang Diam dalam Kitab Jami’ul Ulum wal Hikam
Dalam Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab rahimahullah berkata :
“Tidak ada perkataan yang bersifat pertengahan antara bicara dan diam. Yang ada, suatu ucapan boleh jadi adalah kebaikan sehingga kita pun diperintahkan untuk mengatakannya. Boleh jadi suatu ucapan mengandung kejelekan sehingga kita diperintahkan untuk diam.”
Ibnu Mas’ud pernah radhiyallahu anhu berkata,
“Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain Dia. Tidak ada di muka bumi yang lebih berhak untuk dipenjara dalam waktu yang lama daripada lisan.” (Dinukil dari Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)
Ibnul Mubarok ditanya mengenai nasehat Luqman pada anaknya, lantas beliau berkata,
“Jika berkata (dalam kebaikan) adalah perak, maka diam (dari berkata yang mengandung maksiat) adalah emas.” (Dinukil dari Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)
Diam itu lebih baik daripada berbicara sia-sia bahkan mencela atau mencemooh yang mengandung maksiat.
Itulah manusia, ia menganggap perkataannya tidak berdampak apa-apa, namun di sisi Allah bisa jadi perkara besar. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ
“Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. An Nur: 15).
Dalam Tafsir Al Jalalain dijelaskan bahwa orang-orang biasa menganggap perkara ini sebagai sesuatu yang ringan. Akan tetapi di sisi Allah, perkara ini mengandung dosa yang sangat besar.
Wallahu a’lam….
Referensi :
- https://rumaysho.com/1738-diam-itu-emas.html
- https://almanhaj.or.id/3197-menjaga-lisan-agar-selalu-berbicara-baik.html
***
Demikianlah artikel yang menjelaskan hadits tentang diam lebih baik. Semoga Allah senantiasa membimbing dan menunjukkan kita kepada kebenaran, serta memberikan taufik kepada kita untuk mengetahui ilmu tentang syari’at agama Islam untuk kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan menjaga lisan dan hanya memanfaatkannya dalam kebaikan, sehingga bisa memberikan keselamatan di dunia dan akhirat, aamiin ya Rabbal ‘alamin…
Dapatkan berbagai informasi lainnya mengenai artikel islami, poster nasihat, info kajian sunnah Bandung serta kesempatan untuk melakukan tanya jawab di .
Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini kepada keluarga, sahabat, teman dan kenalan Anda. Rekomendasikan juga website KajianSunnahBandung.Web.Id agar semakin banyak orang yang mendapatkan faidah dan kebaikan melalui wasilah Antum. Insya Allah…
Barakallahu fiikum..
Post Comment