Lisan Membawa Malapetaka dan Bencana

lisan membawa malapetaka dan bencana

Lisan Membawa Malapetaka dan Bencana

Bismillah…

Lisan seseorang itu membawa dua malapetaka :

  1. Malapetaka berbicara, dan

  2. Malapetaka diam.

Jika manusia selamat dari malapetaka yang satu, belum tentu ia selamat dari malapetaka yang lainnya.

Orang yang diam terhadap kebenaran adalah syaitan bisu, durhaka kepada Allah Ta’ala, serta berbuat riya dan mencari muka, selama berbicara tidak membahayakan keselamatan diri. Sedangkan orang yang berbicara perkataan batil adalah syaitan yang berkata-kata.

Orang yang bijak adalah orang yang menjaga lisannya dari ucapan batil serta menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat.

Disebutkan dalam Al-Jawabul Kafi liman Sa’ala an Dawa asy-Syafi (hal. 276-281), bahwa ada seorang hamba yang datang pada hari kiamat dengan kebaikan setinggi gunung, namun ia dapati lisannya telah menghancurkan semua itu. Dan ada pula yang datang dengan membawa keburukan setinggi gunung, namun ia dapati lisannya telah merubuhkan semua itu karena banyaknya ia beristighfar, berdzikir, dan bermunajat kepada Allah Ta’ala.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi nasihat dalam sabda beliau:

إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ، وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ، وَأَجْمِعِ اليَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

“Jika engkau shalat, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh seolah itu shalat terakhirmu. Janganlah engkau berbicara yang membuat engkau meminta maaf karenanya. Singkirkanlah keinginanmu terhadap apa yang ada di tangan orang lain.” [Hasan. Dikeluarkan oleh Ahmad (5/412), Ibnu Majah(4171), Abu Nu’aim dalam Al Hilyah (1/462) Al Mizzi (19/347) dan Lihat Ash Shahihah (401)]

Bencana lisan bukan hanya dirasakan di akhirat, tetapi bahkan ia bisa disegerakan di dunia. Dikisahkan dalam Thabaqat al-Mufassiriin bahwa al-Kisa’i, seorang pakar nahwu dan ahli qiraat, berkumpul dengan al-Yazidi, seorang ahli nahwu, di hadapan Harun al-Rasyid. Ketika tiba waktu shalat, hadirin mempersilahkan al-Kisa’i maju mengimami shalat. Tatkala membaca surah al-Kafirun, al-Kisa’i pun keliru. Seusai shalat, al-Yazidi menyelutuk: “Seorang qari terkenal di kota Kufah bisa juga keliru membaca surah al-Kafirun?”

Selang beberapa waktu, tibalah waktu shalat. Dan kali ini hadirin mempersilakan al-Yazidi untuk menjadi imam. Ketika membaca surah al-Fatihah, ia keliru membacanya. Seusai salam, al-Kisa’i mengatakan:

احْفَظْ لِسَانَكَ لَا تَقُلْ فَتُبْتَلَى إِنَّ البَلَاءَ مُوَكَّلٌ بِالْمَنْطِقِ

“Jagalah lisanmu! Jangan sembarang berkata hingga engkau tertimpa bala, sungguh ia bisa turun akibat ucapan lisan.”

 

•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
📚 Disarikan oleh Ustadz Rian Abu Rabbany dari buku Panduan Amal Sehari Semalam Karya Abu Ihsan al-Atsari dan Ummu Ihsan hafizhahumallah
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•

***

Demikianlah artikel tentang lisan membawa malapetaka dan bencana. Semoga apa yang disampaikan bisa membuat kita lebih bijak dalam menjaga lisan, memanfaatkannya dalam kebaikan dan menghindarkannya dari perkaaan yang bathil.

Semoga Allah senantiasa membimbing dan menunjukkan kita kepada kebenaran, serta memberikan taufik kepada kita untuk mengetahui ilmu tentang syari’at agama Islam untuk kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa menghadirkan keberkahan dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, aamiin ya Rabbal ‘alamin…

Dapatkan berbagai informasi lainnya mengenai artikel islami, poster nasihat, info kajian sunnah Bandung serta kesempatan untuk melakukan tanya jawab di .

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini kepada keluarga, sahabat, teman dan kenalan Anda. Rekomendasikan juga website KajianSunnahBandung.Web.Id agar semakin banyak orang yang mendapatkan faidah dan kebaikan melalui wasilah Antum. Insya Allah…

Barakallahu fiikum..

 

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini

Post Comment