Malapetaka Ramadhan 2020 adalah Berita Dusta
Malapetaka Ramadhan 2020 adalah Berita Dusta
Bismillah…
Alhamdulillah… wa shallatu wa salamu ‘ala Rasulillah. Ama ba’du…
Akhi ukhti rahimakumullah…
Mendengarkan sebuah cerita yang aneh, menyeramkan, terkadang disenangi oleh sebagian orang. Tapi bagaimana kalau ternyata cerita yang disampaikan adalah bohong dan dusta, maka kita tidak akan suka dengan orang yang menyampaikannya.
Lalu bagaimana pula kalau ternyata cerita tersebut disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengucapkannya.
Lalu di negeri kita sekarang, pemerintah sedang memerangi hoax (dusta), maka para ulama umat Islam sejak dahulu kala memerangi dusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beberapa waktu lalu tersebar sebuah video pendek, yang menceritakan tentang akan terjadi sesuatu yang mengerikan apabila pertengahan Ramadhan itu jatuh tepat pada hari Jum’at. Dalam video tersebut terlihat orang yang menyampaikan hal tersebut dengan begitu semangat, membuat orang yang menontonnya menjadi tertarik, dan mungkin percaya.
Dan memang sebuah dusta apabila diulang-ulangi, disebarkan, terkadang bisa menjadi sesuatu yang diyakini oleh manusia kebenarannya, padahal itu HOAX.
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan :
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat tinggalnya di neraka”. [HR. Al-Bukhâri, no. 1229]
Maka jangan mudah-mudah menyebarkan hadits dha’if atau hadits palsu, kecuali memberikan penjelasan bahwa hadits tersebut dha’if atau hadist tersebut palsu.
Hadits Palsu yang Dijadikan Rujukan
Adapun hadits palsu yang dijadikan dalil atas berita hoax tentang malapetaka Ramadhan 2020 yang SAMA SEKALI TIDAK PERNAH DISABDAKAN oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah :
Apabila telah terdengar suara dahsyat di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal. Semua suku akan saling berselisih di bukan Dzulqa’dah. Dan akan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzulhijjah dan bulan Muharram. Dan manusia akan banyak yang terbunuh.
Nabi menyebutkan hal tersebut sebanyak 3 kali.
Para shahabat pun bertanya, ‘Suara keras apakah itu, wahai Rasulullah?’
Beliau menjawab, “Suara keras yang terjadi di pertengahan Ramadhan, pada malam jumat. Suara dahsyat itu mengagetkan orang-orang yang sedang tertidur, menjadikan orang berdiri terjatuh, para wanita terhempas keluar dari kamarnya, pada malam jumat di tahun tersebut banyak terjadi gempa bumi. Jika kalian telah melaksanakan shalat subuh di hari jumat pada pertengahan Ramadhan tersebut, masuklah kalian ke dalam rumah-rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, tutuplah lubang-lubangnya, lindungi diri kalian dengan selimut, tutuplah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara yang dahsyat maka sujudlah kepada Allah dan ucapkanlah,
Subhanal quddus… subhanal quddus… Rabbanal quddus.”
Barangsiapa yang melakukannya niscaya akan selamat, dan yang tidak melakukannya akan binasa.
[Hadis ini diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad dalam kitabnya al-Fitan]
Jamaah rahimakumullah…
Ramadhan tahun ini, tanggal 15 Ramadhan insya Allah hari Jum’at. Ini yang menyebabkan tersebarnya hadits ini, karena hadits ini seolah-olah akan berlaku tahun ini.
Dalam hadits palsu di atas ada kalimat “maka sujudlah kepada Allah“, sedangkan kita tahu bahwa ada beberapa jenis, seperti sujud syukur, sujud tilawah, kemudian ada sujud syahwi, ada sujud ketika shalat. Tetapi ini ada sujud ketika mendengar suara keras sambil mengucapkan “subhanal quddus… subhanal quddus… Rabbanal quddus.”
Berita tentang malapetaka ramadhan 2020 ini sudah tersebar luas di internet, videonya juga sudah tersebar luas di internet, yang entah siapa orang yang menyebarkannya.
Tentang Status Hadits Tersebut
Para ulama menjelaskan bahwa hadits ini munkar dan tidak benar. Berikut adalah beberapa perkataan para ulama tentang hadits huru hara Ramadhan di atas :
Al-Uqaily rahimahullah berkata :
“Hadits ini tidak memiliki dasar dari hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya), atau dari jalan yang tsabit (kuat dan benar adanya).” (Lihat Adh-Dhu’afa Al-Kabir III/52).
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata :
“Hadits ini dipalsukan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” (Lihat Al-Maudhu’aat III/191).
Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata :
“Hadits ini palsu (maudhu’). Dikeluarkan oleh Nu’aim bin Hammad dalam kitab Al-Fitan.” Dan beliau menyebutkan beberapa riwayat dalam masalah ini dari Abu Hurairah dan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhuma. (Lihat Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah wa Al-Maudhu’ah no.6178, 6179).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak mempunyai dasar yang benar, bahkan ini adalah hadits yang bathil dan dusta.” (Lihat Majmu’ Fatawa Bin Baz XXVI/339-341).
Penjelasan lengkap tentang perkataan para ulama serta tentang kepalsuan dan kemungkaran hadits huru hara Ramadhan tersebut bisa dilihat disini :
https://muslim.or.id/8018-hadits-palsu-huru-hara-akhir-zaman-di-hari-jumat-pertengahan-ramadhan.html
Diantara perawi hadits ini ada yang dikatakan ‘matruk‘, yang dituduh berdusta dan ditinggalkan. Lalu kita sebagai orang awam dengan begitu mudah meriwayatkannya, menceritakannya kepada umat dan menyebarkannya atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan mengatakan “nabi bersabda”, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyabdakan hal itu.
Ingatlah jamaah, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)
Tentang Pendapat Bolehnya Menyampaikan Hadits Dha’if
Sebagian diantara manusia ada yang membenarkan dirinya dalam menyebarkan hadits dha’if dengan pendapat tentang bolehnya menyampaikan hadits yang dha’if.
Namun hal tersebut tidak berlaku untuk hadits yang satu ini, karena status hadits huru hara ramadhan di atas adalah maudhu (palsu) dan munkar. Serta para ulama pun telah menjelaskan tentang status haditsnya sebagaimana yang disampaikan di atas.
Adapun tentang bolehnya menyampaikan hadits dha’if, maka ada ketentuan tentang hal tersebut, yakni pendapat para ulama yang membolehkan meriwayatkan hadits dha’if ini khusus dalam hal fadha’ilul amal (dalam fadhilah-fadhilah beramal), bukan dalam menceritakan hal yang gha’ib, yang mana hal tersebut berkaitan dengan aqidah seorang hamba nantinya.
Boleh mengamalkan hadits-hadits dha’if dalam fadha’ilul amal dengan 3 catatan :
-
Haditsnya tidak terlalu dha’if, sedangkan hadits tentang malapekata ramadhan di atas adalah hadits palsu, maka sama sekali kita tidak boleh menyebarkannya,
-
Haditsnya masuk dalam kaidah umum,
-
Tidak boleh meyakini ketika mengamalkan, bahwa itu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berhati-hati dalam mengamalkannya.
Kesimpulannya, maka hadits palsu, hadits yang dha’if sekalipun, tidak boleh. Kalau Antum mau menyampaikan sebuah hadits yang dha’if sampaikan kalau hadist ini dha’if, kalau mau menyampaikan hadits palsu maka sampaikan bahwa hadits ini palsu, agar orang tidak tertipu dengan apa yang kita sampaikan.
Barakallahu fiikum…
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
📖 Disarikan dari video singkat Ustadz Ustadz Syafiq Riza Basalamah, Lc. MA hafizhahullah
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
***
Demikianlah artikel tentang malapetaka Ramadhan 2020 adalah berita dusta. Semoga Allah senantiasa membimbing dan menunjukkan kita kepada kebenaran, serta memberikan taufik kepada kita untuk mengetahui ilmu tentang syari’at agama Islam, sehingga lebih berhati-hati dalam menyebarkan berita-berita yang tersebar, terlebih yang mengatasnamakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dapatkan berbagai informasi lainnya mengenai artikel islami, poster nasihat, info kajian sunnah Bandung serta kesempatan untuk melakukan tanya jawab di .
Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini kepada keluarga, sahabat, teman dan kenalan Anda. Rekomendasikan juga website KajianSunnahBandung.Web.Id agar semakin banyak orang yang mendapatkan faidah dan kebaikan melalui wasilah Antum. Insya Allah…
Barakallahu fiikum..