Pertemuan #1 : Muqaddimah

Pertemuan #1

Pertemuan #1 : MUQADDIMAH

Artikel kali ini akan membahas muqaddimah dari buku berjudul “Sudah Benarkah Ibadah Saya?” yang ditulis oleh Ustadz Izzudin Karimi, Lc. Hafizhahullah.

Bismillah…

Sesungguhnya saat Allah Ta’ala menetapkan tujuan penciptaan jin dan manusia, yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya saja, Allah Ta’ala juga menerangkan kepada mereka tata cara dan jalan merealisasikan ibadah tersebut.

Allah Ta’ala berfirman:

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah (Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164)

Hanya melalui dua rujukan tersebut, al-Qur’an dan as-Sunnah, manusia dapat beribadah kepada Allah dengan benar. Apa yang telah ditetapkan sebagai ibadah dalam dua rujukan tersebut adalah ibadah, begitu pula sebaliknya.

Namun sebagian manusia di zaman sekarang ada yang meninggalkan ibadah kepada Allah sama sekali, meski mereka mengaku sebagai muslim. Ada pula sebagian yang hanya mengamalkan agama yang mudah-mudah saja atau yang sesuai keinginan mereka. Sebagian lain ada juga yang beribadah sekedar mengikuti tradisi masyarakat yang diwarisi dari nenek moyang. Banyak juga dari mereka beribadah dengan sungguh-sungguh, namun tidak dilandasi ilmu yang benar, hanya dilandaskan pada anggapan bahwa itu baik meski tidak ada dalil al-Qur’an maupun as-Sunnah yang memerintahkannya.

Sa’id bin Musayyib rahimahullah pernah menegur dan melarang orang yang shalat sunah setelah shalat Shubuh.

Orang itu berkata, “Apakah Allah akan mengazabku karena shalat?”

Sa’id bin Musayyib rahimahullah menjawab,

لَا، وَلَكِنْ يُعَذِّبْكَ عَلَى خِلَافِ السُّنَّةِ

“Tidak, tetapi Allah akan mengazabmu karena menyelisihi sunnah.” (HR. Al-Baihaqi)

Praktik ibadah adalah buah dari ilmu dan pemahaman tentang ibadah yang benar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk meluruskan pemahaman tentang standar ibadah yang bernilai pahala di sisi Allah Ta’ala dan dituntunkan oleh Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah satu-satunya jalan bagi kaum muslimin untuk mengetahui cara beribadah yang benar.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah marah saat melihat Umar radhiyallaahu ‘anhu membawa lembaran berisi ayat-ayat Taurat.

Beliau bersabda :

أَفِي شَكِّ أَنْتَ يَابْنَ الخَطَّابِ؟ أَلَمْ آتِ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً؟ لَوْ كَانَ أَخِيْ مُوْسَى حَيًّا مَا وَسَعَهُ إِلَّا اتِّبَاعِيْ

“Apakah engkau ragu wahai Ibnu Khatthab? Bukankah aku telah datang membawanya dengan jelas dan bersih (dari penyelewengan)? Seandainya saudaraku Musa alaihissalam masih hidup, tidak ada pilihan baginya kecuali mengikutiku.” (HR. Ahmad)

***

Semoga artikel tentang muqaddimah buku “Sudah Benarkah Ibadah Saya?” ini bermanfaat dan memberikan faidah kepada kita semua.

Barakallahu fiikum.

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini

Post Comment