Taubat Palsu: Ketika Tobat Hanya Sekadar Main-Main

Taubat Palsu: Ketika Tobat Hanya Sekadar Main-Main

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin رحمه الله berkata:

“Apabila seorang bertaubat dan berhenti dari suatu dosa, tetapi tersimpan di hatinya jika ada kesempatan maka dia akan kembali melakukannya, maka seperti ini tidak akan diterima taubatnya. Karena ini merupakan taubatnya seorang yang bermain-main.” (Syarah Riyadhus Shalihin, karya Syaikh al-‘Utsaimin, juz 1)

Makna dan Penjelasan

Taubat yang benar dan diterima oleh Allah ﷻ bukan hanya meninggalkan perbuatan dosa, tapi juga harus dibarengi dengan penyesalan dan tekad kuat untuk tidak mengulanginya.

Namun ada sebagian orang yang seolah-olah bertobat, hanya berhenti karena kondisi, bukan karena kesadaran. Dalam hatinya, dia masih menyimpan niat untuk kembali ke maksiat jika kesempatan datang. Inilah yang disebut oleh Syaikh al-‘Utsaimin sebagai taubat main-main, yang tidak akan diterima oleh Allah ﷻ.

Contoh: Seseorang berhenti mencuri bukan karena takut kepada Allah, tetapi karena takut ditangkap. Jika aman, ia akan mencuri lagi. Ini bukan taubat, melainkan strategi dosa.

Syarat Sahnya Taubat

Para ulama menyebutkan tiga syarat taubat bagi setiap dosa antara hamba dengan Allah:

  1. Berhenti dari dosa tersebut.
  2. Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan.
  3. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa itu selamanya.

Jika berkaitan dengan hak manusia, maka ditambah syarat keempat:

  1. Mengembalikan hak atau meminta maaf kepada yang dizalimi.

Maka jika seseorang tidak memiliki tekad meninggalkan dosa, taubatnya batal secara syar’i.

Dalil-Dalil Pendukung:

1. Taubat yang diterima adalah yang ikhlas dan sungguh-sungguh

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ ۚ فَأُولَـٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan karena kejahilan, kemudian mereka bertaubat dalam waktu dekat. Maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya.” (QS. An-Nisa: 17)

Penjelasan:

Ayat ini menunjukkan bahwa taubat yang diterima adalah yang dilakukan karena kesadaran dan segera, bukan yang ditunda atau sekadar formalitas.

2. Allah tidak menerima taubat orang yang terus menerus berbuat dosa dan baru bertobat saat sakaratul maut

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ

“Dan tidaklah taubat itu diterima dari orang-orang yang terus menerus mengerjakan kejahatan, hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia berkata: ‘Sesungguhnya aku bertaubat sekarang.’” (QS. An-Nisa: 18)

Penjelasan:

Ini termasuk taubat yang terlambat dan tidak tulus, yaitu ketika sudah dekat dengan kematian, hati pun belum sungguh-sungguh meninggalkan dosa.

3. Hadis: Allah tidak akan menerima taubat pura-pura

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ مِنْ عَبْدٍ إِذَا حَضَرَ الْمَوْتُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima taubat seorang hamba ketika maut telah hadir.” (HR. Tirmidzi no. 3537, shahih)

Sebagaimana maut tidak bisa dipalsukan, begitu pula taubat yang hanya sandiwara hati, juga tidak akan diterima.

4. Firman Allah tentang sifat orang munafik

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ

“Mereka bermaksud menipu Allah, padahal Allah-lah yang menipu mereka.”(QS. An-Nisa: 142)

Penjelasan:

Allah mengetahui isi hati, maka tidak ada gunanya berpura-pura tobat. Taubat semacam ini hanya mengundang murka Allah, bukan ampunan.

Kesimpulan

  • Taubat bukan sekadar lisan berkata “astaghfirullah” atau berhenti sesaat dari dosa.
  • Taubat sejati adalah perubahan hati, tekad, dan perilaku.
  • Orang yang menyimpan niat untuk kembali bermaksiat, meskipun belum melakukannya, taubatnya tertolak.
  • Taubat palsu adalah tanda meremehkan dosa dan bermain-main dengan syariat Allah.

Referensi

  • Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, cet. Dar Ibn al-Jauzi
  • Tafsir Ibnu Katsir
  • QS. An-Nisa: 17-18, QS. An-Nisa: 142
  • HR. Tirmidzi no. 3537
  • Kitab al-Taubat (dalam Riyadhus Shalihin & Shahih Muslim)
Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini

Post Comment

error: Content is protected !!