Pertemuan #6 : Syarat Diterimanya Ibadah

Pertemuan #6

Pertemuan #6 : SYARAT DITERIMANYA IBADAH

Artikel ini akan menjelaskan tentang Syarat Diterimanya Ibadah yang merujuk pada buku “Sudah Benarkah Ibadah Saya?”. Selamat menyimak.

Bismillah…

Allah Ta’ala berfirman :

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)

Ketika menafsirkan ayat tersebut, Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan bahwa maksudnya adalah yang paling ikhlas dan benar.

Sebuah amal jika dilakukan dengan ikhlas tapi tidak benar (sesuai sunnah), maka tidak akan diterima. Begitu pula sebaliknya. Bila salah satu dari kedua syarat ini belum terpenuhi, maka amal tersebut tidak diterima.

1️⃣ Ikhlas,

yaitu beribadah karena wajah-Nya dan hanya berharap balasan dari Allah Ta’ala semata. Syarat ini bersifat batin yang merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illa Allah dan kebalikannya adalah syirik yaitu memalingkan ibadah kepada selain Allah Ta’ala atau dengan niat karena selain Allah Ta’ala.

2️⃣ Ittiba’,

yakni mengikuti petunjuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang bersifat lahir dan berkenaan dengan praktek ibadah. Ini merupakan konsekuensi dari syahadat Rasul. Kita wajib mengikuti beliau dalam seluruh amalan, baik berupa i’tiqad (keyakinan), ucapan, atau perbuatan.

Inilah yang kita kenal dengan istilah sunnah dan kebalikannya adalah bid’ah yang berarti merekayasa ibadah yang tidak berdasarkan petunjuk dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Imam asy-Syathibi rahimahullah mengatakan:

طريقة في الدين مخترعة، تضاهي الشرعية، يقصد بالسلوك عليها ما يقصد بالطريقة الشرعية

“Suatu cara baru dalam agama yang dibuat menyerupai syariat dan maksud dari melakukannya sama seperti maksud jalan syariat.”

Kedua syarat diterimanya amal ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala :

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS. Al-Kahfi: 110)

Syarat ittiba’ disebutkan dalam kalimat mengerjakan amal yang saleh sedangkan syarat ikhlas disebutkan dalam kalimat janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.

***

Semoga artikel tentang Syarat Diterimanya Ibadah yang disarikan dari buku “Sudah Benarkah Ibadah Saya?” ini bermanfaat dan memberikan faidah kepada kita semua.

Barakallahu fiikum.

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini

Post Comment